Jumat, 19 Maret 2010


BLACK COCK CEMANI 


Ini adalah sambungan dari postingan sebelumnya Djarum BlackCock Cemani (1) dengan Tag Djarum Black Blog Competition Volume 2.

Sebagaimana disebutkan pada postingan sebelumnya, bahwa ayam cemani ini serba hitam yang sangat identik dengan Djarum Black.


Ayam Cemani merupakan keturunan dari ayam kedu yang dipelihara sebelumnya. "Saya memang hobi memelihara ayam kedu, seperti masyarakat di sini pada umumnya. Tapi dari kedua ekor ayam itu, tahu-tahu muncul dua ekor ayam cemani, serba hitam sampai lidah dan mulutnya, ya langsung kita pisahkan dan dibiakkan," katanya. Kalau dirupiahkan, modal awal Mahmud hanya sekitar Rp 5.000.

Seperti peternak lainnya, motivasi Mahmud memelihara cemani adalah untuk bisnis guna menghidupi keluarganya. "Bayangkan, gaji pensiunan terbatas. Maka, bisnis ayam cemani sangat membantu. Berkat ayam cemani pula, anak kami bisa kuliah di Yogyakarta," kata Mahmud, yang kedua anaknya sudah kuliah di semester terakhir pada sebuah perguruan tinggi di Yogyakarta. Sebelum krisis moneter, Mahmud sering didatangi pembeli. Setiap bulan ia bisa menjual sampai 10 ayam cemani jenis bagus dan biasa. "Setelah krisis ekonomi, bisa menjual dua ekor sebulan saja sudah untung," katanya. Harga ayamnya pernah mencapai Rp 2 juta.

Biaya pemeliharaannya juga tak terlalu besar. Menurut Mahmud, untuk 50 ekor ayam peliharaannya, ia hanya mengeluarkan biaya sekitar Rp 30.000 setiap bulan. "Tapi pada masa krisis sekarang, biayanya meningkat tiga kali lipat," ujarnya.

Selain beternak ayam, Mahmud juga menggarap sawah bersama beberapa tetangganya. Kehidupannya bersama penduduk Beji cukup makmur. Rumah permanen, pesawat televisi, dan berbagai peralatan modern di dapur terlihat nangkring cukup rapi. "Itu semua bisa dibeli berkat ayam cemani," ujar peraih hadiah Prestasi Kencana, pecinta lingkungan bidang peternakan tingkat Jawa Tengah, l99l, itu.

Mahmud menuturkan, ia pernah mendapat surat khusus dari Bupati Jembrana, Bali, pada l986. Sang bupati hendak membeli ayam cemani untuk pengobatan penyakit istrinya. "Saya bangga, ayam-ayam saya berguna bagi orang lain. Apalagi secara tidak langsung, pemeliharaan ayam ini merupakan upaya pelestarian ayam cemani dan ayam kedu," kata bapak yang sudah mulai memutih rambutnya itu.

Bahwa ayam cemani dapat mendatangkan kemakmuran penduduk, diakui Harsono. "Desa kami tak mendapatkan bantuan IDT (Insus Desa Tertinggal), karena terangkat berkat cemani. Anak saya sendiri kuliah dari cemani," katanya. Penduduk Kedu, sejumlah 1.138 kepala keluarga, kebanyakan memelihara ayam cemani. 


Perangkat Desa Kedu itu mengaku, tanah bengkok yang dijadikan jaminan sosial bagi jabatannya kadang belum cukup untuk menghidupi keluarganya. "Kami pelihara cemani, di samping untuk pelestarian, kami jual untuk biaya tambahan," kata ayah enam anak itu.
Itu dibenarkan Agus Prasojo, Kepala Seksi Penyuluhan Dinas Pertanian Temanggung. "Ayam itu sengaja kami programkan untuk dikembangkan menjadi jati diri masyarakat Temanggung," ujarnya. Dan pemerintah merasa diuntungkan dengan meningkatkannya kemakmuran masyarakat.

Menurut Harsono, mahalnya harga ayam cemani itu karena adanya kesepakatan antara pembeli dan penjual. Kadang, pemilik cemani akan melihat siapa pembelinya, dan untuk apa.
Jika pembeli menginginkan syarat tertentu, misalnya meminta cengger ayam harus besar berbentuk pilah, atau kakinya harus cacat, atau syarat lainnya, maka ayam yang memenuhi syarat itu harganya bisa mencapai Rp 3 juta.
Tapi yang biasa-biasa saja, hanya sekitar Rp 400.000. Pembeli yang datang ternyata tak hanya dari Indonesia, melainkan juga dari mancanegara, misalnya Jepang, Jerman, dan Belanda.
Meski kebanyakan ayam cemani digunakan untuk hal-hal ritual dan pengobatan, masyarakat peternak cemani tak memandang ayamnya istimewa. "Kami memberinya kandang khusus bukan untuk tujuan magis. Sekadar untuk menjaga keamanan dan kesehatan ayam, karena harganya mahal," ujar Harsono.

Peternak sukses lainnya adalah Istono Rahayu, 51 tahun. Seperti halnya Mahmud dan Harsono, Istono beternak ayam cemani untuk bisnis. "Pekerjaan tiap hari saya ya bergelut dengan cemani dan perkutut di rumah ini, yang lain tidak ada," katanya.

Penataan kandang-kandang ayam cemani milik Istono Rahayu, di halaman rumah seluas 200 meter persegi, tampak lebih rapi dan tertata apik. Sebagai peneduh, ia menanam pohon-pohon salak pondoh. "Karena ayam-ayam itu menghidupi keluarga kami, ya kami perlakukan seperti raja. Kami buatkan Istono," kata bapak yang sanggup menyekolahkan kedua anaknya hingga tingkat universitas itu.

Menurut Istono, biasanya pada bulan Rajab, Ruwah, dan Muharam, banyak pembeli yang datang. Mereka membeli ayam cemani untuk upacara ritual. "Lima tahun lalu, saat menjelang Sidang Umum MPR di Jakarta, banyak permintaan," kata Istono.

Kabarnya, sekarang ini pun banyak pesanan dari Jakarta. Konon untuk keperluan Sidang Umum MPR. Ada yang memesan lima ekor ayam cemani yang bagus. "Entah diapakan ayam cemani itu, kok bisa dikaitkan dengan keamanan Sidang Umum MPR atau keberhasilan pejabat tertentu. Yang saya tahu hanya bagaimana memelihara dan menjualnya dengan harga mahal," ujar Istono sembari tertawa.

Krisis ekonomi saat ini membuat para peternak prihatin. Harga pakan ternak, terutama jagung, terus melonjak. Untuk menyiasatinya, Istono memberikan banyak makanan beras hitam sebagai pengganti jagung yang sesekali diberikan.

Agar pembeli tak terkecoh, Istono menjelaskan ciri-ciri khusus ayam cemani yang hitam total. Hanya darahnya yang merah tua. Tak ada darah yang hitam. "Penjual biasanya mencabut bulu, dan memerasnya. Di ujung bulu akan keluar cairan hitam. Itu bukan darah, melainkan pigmen bulu yang hitam. Maka pembeli jangan mau dibohongi, tak ada darah hitam di ayam cemani. Mungkin satu di antara seribu," ujarnya.

Menurut Karkono Partokusumo Kamajaya, pemerhati sastra Jawa, pemakaian ayam cemani untuk upacara-upacara ritual itu hanya untuk perlambang. Orang Jawa memang merasa tak lengkap kalau tak ada perlambang itu. "Tapi saya tak perlu menangisi andaikan penggunaan ayam cemani dihilangkan dari hal-hal yang sifatnya magis itu. Bukankah itu adat yang dibuat manusia?" 
http://bimatimur.blogspot.com/2010/01/black-cock-cemani-2.html


Ayam Cemani Hitam Legam Yang Eksotis.

Warna hitam bagi banyak orang berkesan magis dan memiliki kekuatan supra natural. Centeng Belanda atau Si Jampang, kurang berwibawa bila tak berpakaian hitam-hitam. Begitu pula makhluk yang memiliki warna hitam itu pun dianggap memiliki tuah atau kutukan. Ingat dengan kisah-kisah kucing hitam atau burung gagak? Bagaimana dengan ayam cemani yang memiliki bulu, jenger, tulang, daging, kulit, kaki dan taji serbahitam? 

Ini yang menarik. Ayam cemani bukan cuma dianggap ayam keramat, namun juga ayam hias yang khas Indonesia. Memang hewan ini konon punya kemampuan menolak bala. Bagi yang mempercayainya jika memakan dagingnya bisa menyembuhkan penyakit tertentu. Kepercayaan akan hal-hal gaib itu kini masih ada di sebagian masyarakat, namun kian menipis. Kini dia lebih sebagai ayam hias yang eksotik dan diburu para hobbies lokal dan mancanegara untuk dikoleksi. 
Cemani adalah kata Sanskerta untuk hitam. Jenis ayam ini awalnya disebut ayam kedu. Dalam perkembangan ayam kedu itu terjadi banyak varian yang tidak lagi memiliki warna murni hitam. Sehingga ayam kedu yang masih tetap mempertahankan kehitam legamnya disebut oleh para hobbies sebagai ayam cemani.

Asal Usul
Dari mana ia berasal? Ada beberapa dugaan, namun yang pasti dia berasal dari Kedu, Jawa Tegah. Makanya satwa ini dikenal juga sebagai ayam kedu. Satwa ini mulai naik daun ketika pertama kali tampil dalam pekan raya di Semarang tahun 1926. Pemiliknya Tjokromihardjo, lurah Desa Kalikuto, Grabak, di Magelang. Saat itu wilayah itu masih masuk dalam Karesidenan Kedu.
Menurut data, ayam kepala desa itu pernah tampil di Surabaya tahun 1924 dalam sebuah pekan raya. Saat itu ayam itu dikenal sebagai ayam yang berwarna hitam saja. Tapi kemudian panitia lomba satwa di Semarang menjuluki ayam hitam legam milik Tjokromihardjo sebagai ayam kalikuto, karena berasal dari daerah itu. 
Lucunya, pemilik menolak nama itu. Lalu diusulkan sendiri agar dinamakan ayam kedu saja sebab memang berasal dari karesidenan tersebut. Usul tersebut diterima panitia maka resmilah ayam yang berasal dari Kalikuto berjuluk ayam kedu.

Genetika
Ayam kedu yang ikut dalam kontes tersebut, menurut sebuah telaah, berasal dari keturunan ayam kampung yang dibeli dari daerah Gunung Sumbing. Ayam ini cukup besar dan diduga hasil silangan liar antara ayam Inggris yang diboyong orang pada era Raffles berkuasa (1811-1816). 
Kala itu, konon ada orang Inggris yang membawa dua ekor ayam betina dan seekor jantan asing, yang diduga termasuk jenis ayam ternak Dorking. Mereka dipelihara di daerah Dieng. Mungkin karena kandangnya sederhana dan kurang pengawasan, ayam-ayam itu menyeleweng dan berbaur dengan ayam kampung setempat. Dari keturunannya lebih lanjut terciptalah ayam lokal unggul. Oleh masyarakat setempat ayam ini yang disebut sebagai ayam kedu.
Sementara telaah lain menyebutkan ayam hitam milik Tjokromihardjo bukanlah asli ayam kedu. Sebab ia merupakan hasil kawin silang antara ayam kampung hasil belian dengan ayam australorp, yang penyilangannya dilakukan sendiri oleh pemiliknya.

Legenda
Tapi ada legenda yang juga sampai saat ini masih hidup di sana yakni tentang asal-muasalnya ayam kedu. Konon, kehadiran satwa ini tak disengaja. Menurut legenda sebelum lahirnya kota Temanggung, hidup seorang pertapa yang sakti mandraguna yakni Ki Ageng Makukuhan, yang hobi mengoleksi ayam serba hitam, dan hanya paruhnya yang berwarna putih.
Suatu hari, ketika sedang bertapa di sebuah kuburan keramat di wilayah Kedu, dia memperoleh wangsit untuk mengobati penyakit putra Panembahan Hargo Pikukuh yang bernama Lintang Katon, yakni diobati dengan ayam itu. Bagaimana proses selanjutnya tidak terlalu jelas, namun akhirnya penyakit yang diderita anak semata wayang itu sembuh. Oleh karena tuah yang dimiliki ayam itu akhirnya dijadikan lambang kesembuhan.
Maka tak heran bila tradisi itu kini masih hidup dan dipercaya. Ayam ini memang sering digunakan untuk hal-hal yang bersifat magis. Misalnya untuk upacara ruwatan, pembangunan pabrik, jembatan atau gedung-gedung bertingkat agar terhindar dari bencana. Tapi penggunaannya juga untuk syarat penyembuhan orang sakit. ”Misalnya untuk penyakit akibat santet,” Raharjo (31), pedagang ayam kedu di Pasar Pramuka, Jakarta.

Hampir Punah
Binatang ini di tempat asalnya kini yakni di Desa Kedu, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, tersebar di tiga pedukuhan yakni Kahuripan, Sentono dan Beji. Menurut data, populasi ketika awal tahun 1984 tercatat sekitar 5.000 ekor, namun di akhir tahun meningkat menjadi 8.500 ekor. Jumlah ini pada tahun 1997 melorot drastis tinggal 2.000 ekor. Ini dikarenakan masyarakat setempat kurang dibekali pengetahuan sehingga ketika wabah datang, mereka tidak tahu bagaimana menangkalnya.
Pemerintah daerah setempat akhirnya mengambil inisiatif untuk mengatasi persoalan ini. Program pelestarian dicanangkan lewat pemerintah desa dengan mendirikan kelompok peternak bernama ”Makukuhan,” yang diambil dari nama pertapa sakti itu. Kelompok ini awalnya berjumlah 35 orang. Mereka memelihara ayam sekitar 1.500 ekor. Hingga sekarang peternak di sana bisa hidup layak dari ayam-ayam hitam itu.

Kolektor
Menurut Raharjo, permintaan akan ayam ini lumayan besar. Umumnya untuk keperluan upacara, namun tak sedikit pula yang membeli untuk dijadikan koleksi. Bagi kolektor atau hobbies, ayam ini berkesan angker dan gagah dengan bulu-bulunya yang serba hitam pekat. ”Apalagi kalau pagi-pagi berkokok, suasananya lantang,” ujar Ibnu Saptaji (34) hobbies pemula yang bermukim di Pondok Gede, Bekasi
Menurut Ibnu, dia tidak mempercayai soal kegaiban di seputar ayam ini. Dia lebih melihatnya sebagai sarana penghilang stres. Kalau pagi sebelum berangkat ke kantor, dengan membersihkan kandang, memberikan makan, dan mendengarkan kukuruyuknya seraya memandanginya maka hati bapak tiga anak itu merasa damai. Sehingga, menurutnya, tiap hari diusahakan untuk melongok ke kandang ayam itu. 
Begitu juga Jan Steverink, warga Belanda yang telah tiga kali datang ke Indonesia, hanya khusus berburu ayam ini untuk dipelihara di negaranya. Kedatangannya yang terakhir adalah tahun 2000. Dia bercita-cita ingin melestarikan dan memperkenalkan ayam khas Indonesia di Eropa. Tujuan lain sebetulnya ia ingin meneliti sampai sejauh mana penyimpangan warna terjadi. Sebab dari anak-anak ayam menetas jika mencapai usia tertentu, yang betul-betul hitam pekat hanya 50 persen. Maka dengan kegiatannya yang tampak sepele itu, Jan ingin membuat jalur murni ayam cemani. Sehingga pada akhirnya jika sesama ayam ini dikawinkan setelah beberapa generasi maka akan menjadi ayam cemani hitam pekat tanpa ada lagi variasi warna yang keluar. 
Memelihara ayam ini di Kedu, tambah Raharjo yang berasal dari Magelang, seperti memelihara ayam biasa yakni masih tradisional. Ayam diumbar dari pagi sampai sore untuk mencari makanan sendiri, namun pemilik suka memberi dedak sebagai makanan tambahan. ”Jadi ayam ini cukup tahan penyakit, dan gempal,” ujarnya.

Warna Berubah
Bulu-bulu hias yang jantan, bakal keluar ketika ayam berusia 4 bulan. Sampai pada umur 5 bulan warnanya masih hitam, namun lambat laun bermunculan warna lain. Bisa kuning, merah, merah coklat, atau kuning coklat. Saat umur 1,5 tahun bulu hiasnya berubah menjadi merah merona.
Di antara ayam kedu hitam ini, salah satu varietas dikenal sebagai ayam cemani. Inilah yang dianggap primadona ayam kedu karena segalanya serba hitam. Baik bulu, kulit, daging sampai ketulang-tulangnya hitam pekat. Ayam cemani harganya relatif mahal karena langka dan dicari orang. 
Harga ayam cemani yang hitam pekat, menurut Raharjo, bisa mencapai jutaan, namun yang biasa-biasa saja paling mahal Rp 750 ribu seekornya. Sedang yang remaja Rp 100 ribu per ekor. Pelanggan kolektor pemula lebih suka membeli yang remaja. Karena ketika dewasa, ayam berperilaku jinak. Sedang yang kolektor serius lebih suka mencari yang dewasa sebab sudah bisa diketahui kualitasnya, apakah berbulu hitam pekat atau ada variasi warna lain.
”Saya punya langganan paranormal, yang sering memesan ayam cemani untuk keperluan upacara,” lagi tutur Raharjo. Dia tidak tahu ayam itu akan diapakan oleh langganannya, yang dia tahu untuk mengobati penyakit. Dan bagaimana cara pengobatan dengan ayam cemani, dia tidak tahu pasti. Tapi kalau pun dimasak opor, ayam ini enak seperti rasa daging ayam lainnya. Anehnya, tambahnya, kuah opor menjadi berwarna hitam juga seperti memasak ikan cumi yang kuahnya berubah hitam. Nah lho! 
(SH/gatot irawan) http://www.sinarharapan.co.id/feature/hobi/2002/03/3/hob01.html

Kasus Pengambilan Darah Ayam Cemani.

Temanggung (tvOne)

Dinas Peternakan Dan Perikanan Pemerintah Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, akan menelusuri kasus pengambilan sampel darah 17 ekor ayam cemani di Kedu oleh lima warga Malaysia yang seakan melakukannya secara sembunyi-sembunyi. 

"Kami akan menanyakan ke peternak untuk menelusuri perbuatan warga Malaysia itu, apakah terkait penelitian atau kepentingan lain yang sifatnya mistik," kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Perikanan Pemkab Temanggung, Martias Rusli, di Temanggung, Selasa. 

Lima warga Malaysia secara diam-diam mengambil sampel darah ayam cemani di sebuah hotel di Banjarnegara, tempat mereka menginap pada November 2009. Hingga saat ini, belum diketahui motif pengambilan sampel itu tetapi kasus itu terungkap pada Minggu ( 21/2) setelah seorang peternak mengemukakannya. 

Ia mengatakan adanya dugaan berkaitan dengan kepentingan mistis atau magis atas pengambilan sampel darah itu. "Karena tidak masuk logika jika hanya mengambil beberapa mililiter darah dihargai sampai Rp10 juta. Jika penelitian, dengan uang tersebut bisa membeli ayam cemani," katanya. 

Rusli menyatakan, tidak menutup kemungkinan kegiatan mereka untuk penelitian karena darah mengandung beberapa komponen misalnya Fe (zat besi), antibodi, dan hemoglobin. 

Jika pengambilan sampel darah itu mengarah ke penelitian atas suatu ilmu pengetahuan, katanya, Pemkab Temanggung akan melayangkan protes kepada orang yang bersangkutan atau Pemerintah Malaysia melalui Dinas Peternakan Pemprov Jateng di Semarang dan Kementerian Pertanian di Jakarta. "Karena untuk penelitian ada aturannya," katanya. 

Rusli menyebutkan, populasi ayam cemani Kedu saat ini sekitar 88.122 ekor. Kelompok Tani Cemani, "Makukuhan Mandiri" Kecamatan Kedu, memelihara sekitar 22.637 ekor, diantaranya 214 ekor pejantan dan 1.562 ekor betina. 

Ia mengatakan, Pemprov Jateng akan mematenkan ayam cemani tersebut. Seorang peternak ayam cemani Kedu, Andoko, mengatakan, lima warga Malaysia pada November 2009 mendatangi dirinya dan sejumlah peternak lainnya. Mereka, memilih ayam yang diinginkannya secara acak. 

Pertemuan itu, katanya, dilanjutkan di sebuah hotel di Kabupaten Banjarnegara. Ia mengatakan, di tempat itu darah ayam diteteskan dengan melukai bagian jengger dan kemudian ditempatkan di suatu wadah khusus. 

Ia mengatakan, para peternak menerima imbalan berupa uang dengan jumlah bervariasi dari mereka atas pengambilan sampel darah itu. Jika darah ayam cemani yang berwarna merah kehitaman tidak berubah warna setelah selama lima menit, katanya, pemiliknya akan diberi imbalan lima juta rupiah. 

Jika warna darah tidak berubah selama 10 menit, katanya, imbalannya Rp10 juta. Jika warna darah ayam berubah dalam jangka waktu antara tiga hingga lima menit, katanya, pemiliknya mendapatkan imbalan Rp1,25 juta hingga Rp 2,5 juta.
http://nusantara.tvone.co.id/berita/view/33564/2010/02/23/kasus_pengambilan_darah_ayam_cemani_oleh_wn_malaysia_ditelusuri/

Peluang Usaha Budi Daya Ayam Cemani.

Hitam tidak selamanya kelam , mungkin itu salah satu kalimat yang bisa dipakai untuk mengatakan padaAyam Cemani. Warna Hitam pada Ayam Cemani justru menjadi pertanda cerahnya masa depan pemilik Ayam cemani. Ini bukan karena mistis atau kesaktian Ayam cemani hitam legam tersebut, tetapi karena harga Ayam Cemani yang Hitam legam sangat tinggi bisa mencapai jutaan rupiah. Tak heran jika ini menjadi keuntungan tersendiri bagi peternak ayam cemani. Sehingga banyak peternak menekuni Budi Daya Ayam Cemani ini. Harga ayam cemani sangat bervariasi tergantung pada kualitasnya, kualitas Ayam cemani yang baik dinilai bersadarkan tingkat kepekatan warna hitam di seluruh tubuh, mulai dari bulu, kulit,kaki, kuku,lidah, tulang dan darahnyapun hitam. Harga ayam cemani standard berkisar antara 150 ribu hingga 500 ribu untuk ukuran dewasa, sedangkan untuk cemani super tidak ada batasnya bisa mencapai jutaan rupiah.

Pemeliharaan Ayam Cemani Model Kandang Terbatas

Kabupaten Temanggung khususnya Kedu dan sekitarnya sudah sejak lama terkenal dengan Ayam Kedu dan Cemani. Banyak peternak Cemani baik perorangan maupun kelompok membudidayakan ayam jenis ini. Tak heran jika banyak pedagang dari daerah lain mencari bibit maupun ayam  cemani dewasa ke kawasan ini.Peluang usaha budi daya ayam cemani sebenarnya cukup terbuka bagi siapa saja yang ingin menekuninya. Permintaan pasar ayam cemani cukup terbuka dan pola pemeliharaannya juga relatif mudah. Pemeliharaan ayam cemani sama dengan pemeliharaan ayam kampung biasa, bisa dibudidayakan dengan model bateray, kandang terbatas maupun dibiarkan bebas berkeliaran di luar.

Permintaan pasar akan ayam cemani dimulai dari telur, DOC, anakan ayam cemani di segala umur dan Ayam cemani dewasa dengan harga yang bervariasi. Telur ayam cemani di daerah temanggung dihargai Rp 10.000 per butirnya, sedangkan DOC ayam cemani dibandrol harga Rp. 20.000. Anakan Ayam Cemani usia dua bulan sekitar 50 ribu rupiah per ekornya tergantung kualitasnya. Potensi pasar ini membuka peluang bagi peternak untuk memilih model peternakannya.

Ayam Cemani Usia 2 Bulan

Ayam Cemani Usia 2 Bulan

TATA CARA PEMELIHARAAN DAN BUDI DAYA AYAM CEMANI

Budi daya ayam cemani relatif mudah, hanya butuh ketelatenan saja. Ayam cemani kecil sangat rentan terhadap kematian terutama pada suhu yang rendah. Untuk mengantisipasinya pemeliharaan DOC sampai usia satu bulan ditempatkan pada kandang Box yang diberi lampu pijar. Lampu pijar akan membantu menjaga suhu ruangan tetap hangat. Pada pagi hari box anakan Ayam Cemani ditempatkan pada tempat yang terkena sinar matahari dan diletakkan pada tempat yang relatif teduh jika matahari mulai terik.
Makanan ayam cemani pada usia muda adalah konsentrat starter dengan pemberian pakan setiap kali ayam lapar, semakin banyak anakan cemani mengkonsumsi makanan semakin cepat pertumbuhannya asal jangan sampai terlalu gemuk. Setelah Usia satu bulan pakan sudah mulai dicampur dengan makanan lain seperti bekatul,nasi aking dan campuran makanan yang ada di sekitar kita. Pemberian campuran ini untuk menghemat pakan konsentrat, karena menurut pengalaman peternak ayam cemani pertumbuhan ayam cemani dengan pakan konsentrat murni dan campuran tidak ada perbedaan yang significant, dari segi ekonomis kurang menguntungkan.

Dengan bertambahnya usia ayam cemani bertambah pula ukuran tubuh dan jumlah bulu-bulunya, ayam sudah harus mulai dipindah pada kandang yang lebih luas. Pemanasan dengan lampu pijar diseduaikan dengan kebutuhan, jika suhu tidak terlalu dingin bisa ditiadakan. Kandang yang terlalu sempit akan mengganggu pertumbuhan dan membuat kandang menjadi lembab. Kandang yang lembab akan berpotensi mendatangkan bibit penyakit. Penempatan kandang hendaknya terpisah dari pemukiman dan terkena sinar matahari yang cukup terutama pada pagi hari. Karena itu pada Pola budi Daya ayam cemani diusahakan kandang menghadap ke arah timur.

Pada pemeliharaan ayam cemani dewasa pemberian pakan sudah diatur satu hari dua kali, dengan makanan berupa konsentrat petelur, jagung giling , bekatul dan campuran makanan lainnya. Kandang juga sudah bukan lagi berupa box tapi berupa kandang terbatas, kandang bateray, atau dibiarkan bebas berkeliaran. Pemberian konsentrat petelur ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas dan jumlah telur yang dihasilkan. Telur-telur yang dihasilkan ayam cemani bisa dieramkan dengan cara natural melalui indukan cemani, indukan ayam kamoung atau indukan entok. Dengan cara yang lebih modern telur ayam cemani bisa dieramkan dengan menggunakan mesin tetas, dengan masa menetas 21 hari sama dengan ayam kampung biasa. Jika tertarik, Selamat mencoba. (Galeriukm).http://galeriukm.web.id/unit-usaha/peternakan/peluang-usaha-budi-daya-ayam-cemani

Si Hitam dari Temanggung.

Banyak dicari untuk perlengkapan upacara ritual dan penyembuhan penyakit. Harganya bisa mencapai jutaan rupiah.

PENAMPILANNYA serba hitam: mulai dari paruh, bulu, kaki, taji, hingga cenggernya berwarna hitam. Bahkan, kalau dipotong, dagingnya juga hitam. Begitu juga dengan tulang belulangnya. Itulah ayam cemani, salah satu variasi paling sensasional keturunan dari kerabat ayam kedu -salah satu galur ayam lokal, bukan ras (buras) -yang banyak dicari orang.

Ayam hitam yang juga dijuluki dengan ayam kedu itu sering digunakan untuk hal-hal yang sifatnya magis dalam upacara ritual. Misalnya untuk upacara pelarungan, ruwatan, serta pembangunan pabrik, jembatan, atau gedung-gedung bertingkat. Tak cuma itu. Ayam cemani juga sering dijadikan syarat untuk penyembuhan orang sakit. "Yaitu untuk yang sakit aneh atau sakit dalam. Kadang untuk syarat pengobatan bagi orang yang sakit akibat disantet," ujar Sekretaris Desa Kedu, Harsono, yang juga pemilik dan pengembang ayam cemani, kepada Gatra.

Ayam cemani disebut juga "ayam kedu", karena berkaitan dengan tempat penangkarannya di Desa Beji, Kecamatan Kedu, Jawa Tengah. Kota kecamatan berhawa sejuk itu dikenal sebagai tempat beternak yang cocok bagi ayam kampung berbadan gempal dan tahan penyakit itu. Dan itu sudah berlangsung puluhan tahun.

Sebenarnya, kehadiran ayam cemani di Kedu tak disengaja. Konon, menurut legenda, sebelum lahirnya kota Temanggung, adalah seorang pertapa sakti, Ki Ageng Makukuhan, yang menggemari ayam serba hitam -dan hanya paruhnya yang berwarna putih. Pada suatu hari, saat bersemadi di sebuah kuburan keramat di daerah Kedu, Ki Ageng Makukuhan mendapatkan wangsit untuk mengobati penyakit anak Panembahan Hargo Pikukuh bernama Lintang Katon, dengan ayam itu. Entah bagaimana caranya, akhirnya penyakit yang diderita anak semata wayang itu sembuh. Akhirnya, ayam berwarna serba hitam kesayangan Ki Ageng Makukuhan itu dijadikan lambang kesembuhan.

Perkembangannya pun di luar dugaan. Hasil perkawinan sesama ayam hitam itu menghasilkan ayam hitam total, berbeda dengan induknya. "Kalau ayam kedu hitam, mulutnya masih putih," kata Harsono. Karena hitam total itulah, akhirnya ayam jenis baru itu dinamai ayam cemani. Dalam bahasa Sanskerta, cemani artinya hitam legam.

Sebutan ayam cemani baru populer pada l960-an, ketika berbagai upacara peresmian bangunan dilengkapi dengan sesaji ayam serba hitam. Mulai saat itulah banyak orang yang datang ke Kedu untuk mencari ayam cemani. Tak mengherankan jika harganya ikut melonjak. Itu merangsang masyarakat setempat untuk beternak dan mengembangkan ayam cemani.

Sayangnya, masyarakat setempat kurang dibekali pengetahuan memadai. Akibatnya, banyak di antara mereka yang gulung tikar di tengah jalan. "Populasi ayam cemani tinggal 2.000-an ekor pada akhir 1997. Padahal, dulu bisa sepuluh kali lipatnya," tutur Harsono.

Untuk mengatasi masalah itu, pemerintah daerah melalui pemerintah desa membuat program-program khusus pelestarian hewan langka itu di daerah Kedu, dengan mendirikan kelompok peternak ayam cemani bernama "Makukuhan" -diambil dari nama pertapa sakti tersebut.

Kelompok yang berjumlah 35 orang itu memelihara ayam cemani sekitar 1.500 ekor. Menurut Harsono, kelompok ini cukup produktif dan selalu dipantau perkembangannya oleh Dinas Peternakan Temanggung. "Anggota kelompok itu terangkat kehidupannya dengan beternak ayam mahal ini," ujar Harsono.

Hal itu dibenarkan Mahmud, pensiunan ABRI yang menekuni peternakan ayam cemani. Bahkan, Mahmud meminta masa pensiunnya dipercepat tiga tahun agar bisa lebih mengonsentrasikan diri beternak ayam cemani. Di rumahnya, di Kampung Beji, pensiunan dengan pangkat sersan dua itu memelihara 50-an ayam cemani.

Penempatan ayam dibedakan menurut jenis umur dan keunggulannya. Ayam cemani yang unggul dikurung di halaman samping rumah dengan pagar tinggi yang terbuat dari bambu. Sedangkan ayam kedu lainnya ditaruh di kebun khusus seluas sekitar 900 meter persegi. Awalnya, Mahmud hanya memiliki dua ekor ayam, jantan dan betina.

Menurut bapak tiga anak itu, kedua ayam cemani tersebut merupakan keturunan dari ayam kedu yang dipelihara sebelumnya. "Saya memang hobi memelihara ayam kedu, seperti masyarakat di sini pada umumnya. Tapi dari kedua ekor ayam itu, tahu-tahu muncul dua ekor ayam cemani, serba hitam sampai lidah dan mulutnya, ya langsung kita pisahkan dan dibiakkan," katanya. Kalau dirupiahkan, modal awal Mahmud hanya sekitar Rp 5.000.

Seperti peternak lainnya, motivasi Mahmud memelihara cemani adalah untuk bisnis guna menghidupi keluarganya. "Bayangkan, gaji pensiunan terbatas. Maka, bisnis ayam cemani sangat membantu. Berkat ayam cemani pula, anak kami bisa kuliah di Yogyakarta," kata Mahmud, yang kedua anaknya sudah kuliah di semester terakhir pada sebuah perguruan tinggi di Yogyakarta. Sebelum krisis moneter, Mahmud sering didatangi pembeli. Setiap bulan ia bisa menjual sampai 10 ayam cemani jenis bagus dan biasa. "Setelah krisis ekonomi, bisa menjual dua ekor sebulan saja sudah untung," katanya. Harga ayamnya pernah mencapai Rp 2 juta.

Biaya pemeliharaannya juga tak terlalu besar. Menurut Mahmud, untuk 50 ekor ayam peliharaannya, ia hanya mengeluarkan biaya sekitar Rp 30.000 setiap bulan. "Tapi pada masa krisis sekarang, biayanya meningkat tiga kali lipat," ujarnya.

Selain beternak ayam, Mahmud juga menggarap sawah bersama beberapa tetangganya. Kehidupannya bersama penduduk Beji cukup makmur. Rumah permanen, pesawat televisi, dan berbagai peralatan modern di dapur terlihat nangkring cukup rapi. "Itu semua bisa dibeli berkat ayam cemani," ujar peraih hadiah Prestasi Kencana, pecinta lingkungan bidang peternakan tingkat Jawa Tengah, l99l, itu.

Mahmud menuturkan, ia pernah mendapat surat khusus dari Bupati Jembrana, Bali, pada l986. Sang bupati hendak membeli ayam cemani untuk pengobatan penyakit istrinya. "Saya bangga, ayam-ayam saya berguna bagi orang lain. Apalagi secara tidak langsung, pemeliharaan ayam ini merupakan upaya pelestarian ayam cemani dan ayam kedu," kata bapak yang sudah mulai memutih rambutnya itu.

Bahwa ayam cemani dapat mendatangkan kemakmuran penduduk, diakui Harsono. "Desa kami tak mendapatkan bantuan IDT (Insus Desa Tertinggal), karena terangkat berkat cemani. Anak saya sendiri kuliah dari cemani," katanya. Penduduk Kedu, sejumlah 1.138 kepala keluarga, kebanyakan memelihara ayam cemani. Perangkat Desa Kedu itu mengaku, tanah bengkok yang dijadikan jaminan sosial bagi jabatannya kadang belum cukup untuk menghidupi keluarganya. "Kami pelihara cemani, di samping untuk pelestarian, kami jual untuk biaya tambahan," kata ayah enam anak itu.

Itu dibenarkan Agus Prasojo, Kepala Seksi Penyuluhan Dinas Pertanian Temanggung. "Ayam itu sengaja kami programkan untuk dikembangkan menjadi jati diri masyarakat Temanggung," ujarnya. Dan pemerintah merasa diuntungkan dengan meningkatkannya kemakmuran masyarakat.

Menurut Harsono, mahalnya harga ayam cemani itu karena adanya kesepakatan antara pembeli dan penjual. Kadang, pemilik cemani akan melihat siapa pembelinya, dan untuk apa. Jika pembeli menginginkan syarat tertentu, misalnya meminta cengger ayam harus besar berbentuk pilah, atau kakinya harus cacat, atau syarat lainnya, maka ayam yang memenuhi syarat itu harganya bisa mencapai Rp 3 juta. Tapi yang biasa-biasa saja, hanya sekitar Rp 400.000. Pembeli yang datang ternyata tak hanya dari Indonesia, melainkan juga dari mancanegara, misalnya Jepang, Jerman, dan Belanda.

Meski kebanyakan ayam cemani digunakan untuk hal-hal ritual dan pengobatan, masyarakat peternak cemani tak memandang ayamnya istimewa. "Kami memberinya kandang khusus bukan untuk tujuan magis. Sekadar untuk menjaga keamanan dan kesehatan ayam, karena harganya mahal," ujar Harsono.

Peternak sukses lainnya adalah Istono Rahayu, 51 tahun. Seperti halnya Mahmud dan Harsono, Istono beternak ayam cemani untuk bisnis. "Pekerjaan tiap hari saya ya bergelut dengan cemani dan perkutut di rumah ini, yang lain tidak ada," katanya. Penataan kandang-kandang ayam cemani milik Istono Rahayu, di halaman rumah seluas 200 meter persegi, tampak lebih rapi dan tertata apik. Sebagai peneduh, ia menanam pohon-pohon salak pondoh. "Karena ayam-ayam itu menghidupi keluarga kami, ya kami perlakukan seperti raja. Kami buatkan Istono," kata bapak yang sanggup menyekolahkan kedua anaknya hingga tingkat universitas itu.

Menurut Istono, biasanya pada bulan Rajab, Ruwah, dan Muharam, banyak pembeli yang datang. Mereka membeli ayam cemani untuk upacara ritual. "Lima tahun lalu, saat menjelang Sidang Umum MPR di Jakarta, banyak permintaan," kata Istono.

Kabarnya, sekarang ini pun banyak pesanan dari Jakarta. Konon untuk keperluan Sidang Umum MPR. Ada yang memesan lima ekor ayam cemani yang bagus. "Entah diapakan ayam cemani itu, kok bisa dikaitkan dengan keamanan Sidang Umum MPR atau keberhasilan pejabat tertentu. Yang saya tahu hanya bagaimana memelihara dan menjualnya dengan harga mahal," ujar Istono sembari tertawa.

Krisis ekonomi saat ini membuat para peternak prihatin. Harga pakan ternak, terutama jagung, terus melonjak. Untuk menyiasatinya, Istono memberikan banyak makanan beras hitam sebagai pengganti jagung yang sesekali diberikan.

Agar pembeli tak terkecoh, Istono menjelaskan ciri-ciri khusus ayam cemani yang hitam total. Hanya darahnya yang merah tua. Tak ada darah yang hitam. "Penjual biasanya mencabut bulu, dan memerasnya. Di ujung bulu akan keluar cairan hitam. Itu bukan darah, melainkan pigmen bulu yang hitam. Maka pembeli jangan mau dibohongi, tak ada darah hitam di ayam cemani. Mungkin satu di antara seribu," ujarnya.

Menurut Karkono Partokusumo Kamajaya, pemerhati sastra Jawa, pemakaian ayam cemani untuk upacara-upacara ritual itu hanya untuk perlambang. Orang Jawa memang merasa tak lengkap kalau tak ada perlambang itu. "Tapi saya tak perlu menangisi andaikan penggunaan ayam cemani dihilangkan dari hal-hal yang sifatnya magis itu. Bukankah itu adat yang dibuat manusia?" kata penerjemah Serat Centhini itu.http://home.planet.nl/~stev7596/gatra.htm

Rudy Novrianto dan Khoiri Akhmadi

Pelihara Cemani Buat Sambilan.

Baru sekitar 10 hari ini aku miara ayam cemani, ayam cemani itu ayam yang item mulus, maksudnya semua bagian tubuhnya hitam legam. mulai dari bulu, kulit, daging, tulang, mata, langit – langit mulut, lidah. Sedangkan banyak orang bilang kalo darahnya itu juga item, tapi menurut pakar ayam dari IPB darah cemani itu nggak item, tapi merah namun sangat kental, sehingga dikirain hitam.

Ayam cemani ini tadinya aku pesen sepasang, jantan dan betina (@ IDR 200.000,-)langsung dari daerah asalnya yaitu daerah kedu di Kabupaten Temanggung lewat temanku. tapi waktu sampe jogja ayam yang jantan dimakan sama kucing, jadilah tinggal sang betina.

Ayam cemaniku tumbuh sehat dan kuat, pertumbuhan sempurna, nafsu makan bagus. namun sayang dia nggak ada temennya, tapi aku dah pesen lagi sih dari helmi buat nyariin ayam cemani jantan satu lagi. Kita tunggu aja kedatangannya, tapi sekarang helminya lagi sakit (kepada pembaca mohon doanya untuk kesembuhannya).

Ayam cemani umur 1 bulan betina

Ayam cemani ini diangap keramat sama sebagian orang apalagi sama dukun – dukun, dan harga jualnya itu mak, melangit. kemaren buka – buka disitus tokobagus.com, ada yang nawarin dengan harga IDR 125.000.000,- gila nggak tuh? hanya untuk harga seekor ayam. Kalo ada yang nawar ayamku 5 juta aja, udah tak lepas deh (hehehe promosi). Tapi beneran deh harganya melangit dan nggak pernah lesu kayak anthurium.

Cemani diambil dari bahasa sansekerta yang artinya item, karena emang ayamnya item polos. kalo menurut ahli Ayam sebenernya ayam ini hasil silangan dari ayam apa sama apa gitu, tapi menurut sebagaian orang ada legendanya lho, jadi jaman dulu didaerah kedu itu ada petapa sakti yang punya ayam item dan itu digunain buat nyembuhin berbagai macam penyakit, dari situlah ayam cemani terkenal.

Ayam cemani, menurut ahli flu burung (masih dari IPB) paling tahan sama yang namannya virus H5N1 alias flu burung, kekebalannya sampe 0.9, nggak tau tuh itungannya gimana. tapi kata beliau ayam cemani merupakan ayam yang cukup tahan terhadap H5N1, mungkin karena sifat gen dalam tubuhnya itu kali ya?.

Rencananya ayam cemaniku ini mau tak ternakin gitu, siapa tau nanti aku bakal jadi jutawan gara – gara ayam ini (tuh kan mengkhayal lagi). yah siapa tau, dari perkawinan pertama nanti menghasilkan 12 telur ayam dan yang menetas ada 8, otomatis ayamku ada 10 dong. abis itu mereka beranjak dewasa dan akhirnya kawin dan pastinya nambah lagi dong ayamku, belum lagi selama masa petumbuhan anak2 ayam, si induk pertama nelor lagi, nah tambah banyak aja ayam cemaniku, kalo saja 1 ayam cemaniku di hargai IDR 400.000,- maka dengan sepuluh ayam tak jual aja aku dah dapet IDR 4.000.000,- (weeeee kawin kawin kawin), tapi ini belum termasuk ongkos makan dan perawatan ding.

Tapi buat teman – teman yang udah kerja dan bingung mau sambilan apa? maka mungkin ternak cemani ini cocok lho buat kalian, karena terus terang aja, perawatannya mudah,nggak terlalu sulit, pakannya juga udah ada dipasaran, ngasih makannya sebelum berangkat kerja/kuliah aja. ayam cemani juga nggak rewel kayak broiler, tahan penyakit dan harganya melangit. hayo siapa mau coba?http://martsiano.wordpress.com/2008/05/18/ayam-cemani/

Kamis, 18 Maret 2010

Misteri Ayam Cemani

Warna hitam legam menyelimuti seluruh bagian tubuh ayam ini, mulai dari jengger, pial, paruh, bola mata, lidah, rongga mulut, bulu, lubang dubur, kaki, dan cakar. Ayam ini dikenal dengan nama ayam cemani. 

Warna hitam legam pada ayam cemani memang menghadirkan kesan mistis dan misterius. Konon, ayam cemani ini justru sering dicari oleh orang-orang tertentu untuk tujuan-tujuan tertentu. Menurut keterangan yang dihimpun Espos dari berbagai sumber, konon ayam cemani sempurna memiliki persentase warna hitam 100 persen sampai warna darah, daging dan tulang, namun sampai sekarang ini memang belum adanya cemani dengan warna hitam 100 persen. Selama warna hitam yang menyelimuti tubuh luar, lidah dan rongga mulut, maka ayam ini dikatakan ayam cemani murni. 
Sosok ayam cemani memang mirip dengan ayam Kedu hitam. Ukuran tubuhnya sedikit lebih besar dibandingkan ayam kampung. Ayam cemani jantan dewasa, pada waktu berdiri normal mencapai tinggi sekitar 60cm dengan lingkar dada mencapai 34cm dan panjang sayap 25cm. Sedangkan ayam cemani betina dewasa lebih pendek dengan tinggi 50cm, lingkar dada 27cm dan panjang sayap 21cm. 
Keberadaan ayam cemani ditinjau dari aspek sumber daya plasma nutfah, merupakan suatu keuntungan dengan bertambahnya satu lagi ayam lokal khas. Keuntungan lain yang dapat diperoleh dari ayam cemani ini adalah penampilannya yang unik dengan warnanya yang hitam legam tersebut, membuat ayam ini memiliki potensi cukup tinggi bila dijadikan sebagai salah satu jenis ayam hias untuk kesenangan seperti halnya ayam kate, ayam bekisar atau ayam kapas. 
Harga jual ayam cemani pun relatif tinggi. Ayam cemani yang baru berumur 1,5 bulan, dijual dengan harga berkisar Rp 100.000 hingga Rp 150.000 per ekor. Sedangkan ayam cemani dewasa dijual dengan harga Rp 400.000 hingga Rp 500.000 per ekor. Namun jika ayam Cemani yang dipelihara untuk tujuan produksi daging, diperkirakan tidak akan berhasil karena banyak konsumen tidak menyukai daging berwarna hitam.
Cara perbanyakan 
Seorang pehobi ayam asal Bekonang, Sukoharjo, Bambang Subagyo mengungkapkan tertarik memelihara ayam cemani lantaran warna hitam legam yang ada di seluruh bagian tubuh ayam tersebut. รข€Kesan warna hitamnya misterius. Apalagi pada dasarnya saya memang suka memelihara hewan-hewan unik yang jarang dipelihara orang, seperti ayam cemani ini,ujar Bambang saat ditemui Espos di rumahnya, belum lama ini. 
Bambang menyebutkan jenis pakan yang biasa diberikan untuk sepasang ayam cemani miliknya berupa pakan jadi komersial untuk jenis ayam ras tipe petelur. Selain itu pakan tersebut ia campur dengan berbagai bahan pakan lain seperti dedak padi, jagung giling, menir, gabah dan sebagainya, yang disesuaikan dengan ketersediaan bahan.
Agar bulu-bulu hitamnya terlihat lebih mengilap, sesekali ayam cemani ini saya mandikan,kata Bambang.
Sementara itu, seorang peternak ayam cemani asal Banyurejo, Rembun, Nagasari, Boyolali, Lagiyanto menyebutkan jumlah ayam cemani yang mungkin dipelihara oleh setiap anggota masyarakat yang gemar akan ayam cemani ini biasanya tidak lebih dari sepuluh ekor. 
Namun kemungkinan bisa saja ayam ini dipelihara dalam populasi yang besar dalam suatu peternakan besar dengan tujuan untuk mencari keuntungan. Pasalnya hasil beternak ayam cemani ini memang cukup menguntungkan,kata Lagiyanto.
Lagiyanto menjelaskan ayam cemani dapat diperbanyak dengan mengawinkan sesama ayam cemani yang akan menghasilkan anak-anak berwarna hitam legam dan berwarna tidak hitam legam.
Ayam cemani, lanjut dia, termasuk salah satu jenis ayam lokal yang memproduksi telur lebih tinggi dari ayam kampung biasa. Untuk memperbanyak, ayam cemani dikawinkan dengan sesama ayam cemani secara alami dengan perbandingan maksimal satu ayam cemani jantan dengan lima ayam cemani betina, yang kemudian ditetaskan sendiri oleh induknya, karena ayam ini masih memiliki sifat mengeram dan mengasuh anaknya. Ayam cemani betina akan menghasilkan hingga 18 butir pada masa bertelur. Setelah itu, ia akan berhenti bertelur untuk mengerami telur-telurnya tersebut. Telur akan menetas pada umur rata-rata 21 hari, terang Lagiyanto. 
Namun bila pemilik ayam memang menginginkan induk ayam bertelur kembali dalam waktu yang tidak terlalu lama, Lagiyanto menyarankan untuk segera memindahkan telur-telur tersebut ke dalam mesin tetas. Dengan demikian, lanjut dia, dalam waktu kira-kira satu pekan setelah bertelur, induk ayam cemani akan kembali berahi dan bertelur lagi setelah dua pekan kemudian.

MISTIK : Keberadaan ayam cemani sering kali dikaitkan dengan hal-hal mistik. Karena sebagian masyarakat menggunakan ayam berbulu serba hitam ini sebagai salah satu syarat pengobatan yang menggunakan jasa paranormal 
(SOLOPOST Minggu 6 April 2008).
http://www.bloggaul.com/putra_slo/readblog/84160/misteri-ayam-cemani